^^
/* Start http://www.cursors-4u.com */ body, a:hover {cursor: url(http://cur.cursors-4u.net/people/peo-6/peo612.cur), progress !important;} /* End http://www.cursors-4u.com */
Jumat, 26 April 2013
video lucu banget bikin ngakak - pembalap kecebur got .FLV
inii.. buat elo2 yang doyan ngebut! hahaha :D
Rabu, 06 Maret 2013
UJIAN PRAKTIK
LATIHAN UJIAN PRAKTIK
RIWAYAT
SANTA AGNES (
PENDIDIKAN AGAMA )
Pada permulaan abad keempat, didirikanlah di kota Roma
sebuah gedung pusaka besar lagi indah. Gedung seindah istana itu, kepunyaan
seorang bangsawan ternama di kota Roma. Telah berabad-abad lamanya pengaruh
kaum bangsawan memegang peranan penting dalam kota. Tetapi, meski pun begitu,
kehidupan keluarga bangsawan itu berlainan sekali. Mereka tidak pernah
mengadakan pesta-pesta bagi umum, sebaliknya ia pun tidak pernah juga
mengunjungi pesta malam. Lagi pula, segala sesuatu yang tampak di rumah
bangsawan itu sederhana saja.
“Tentu karena kikirnya, si kaya itu tak mau berpesta!”
kata orang-orang.
“Lihatlah, gedung besar lagi indah itu terbagi dua.
Bagian yang kecil, didiaminya, sedangkan yang besar terlindungi tembok tinggi
yang tebal dan selalu tertutup. Pastilah di situlah disimpannya kekayaan yang
tak ternilai banyaknya!”
Syukurlah, persangkaan orang-orang itu tak benar.
Sebenarnya, karena keluarga bangsawan itu menginsafi,
“Hidup berpesta, lambat laun membawa keruntuhan!”
Pun, sudah lebih dari seabad lamanya keluarga bangsawan
itu membanggakan namanya sebagai Penganut Yesus Kristus.
Sayang, orang-orang itu juga belum pernah menyaksikan
suasana tenang dalam rumah indah itu. Dan bagian yang tertutup, dipergunakan
untuk bermacam-macam pekerjaan amal. Melalui pintu belakan, yang sakit, yang
tua, yang miskin, yang terkutuk badannya, dapat minta pertolongan yang
dibutuhkannya. Namun, ruang yang terbesar serta terindah selalu tersedia bagi
Misa Kudus.
Satu hal boleh dikatakan kurang ialah, tak adanya seorang
putera pun yang dapat mempertahankan dan tetap menjunjung nama mulia itu. Hanya
Agnes, penghibur orang tuanya yang telah lanjut usianya.
Alangkah cantiknya lagi ramah tamah gadis itu. Pekertinya
lemah lembut sesuai benar dengan tubuhnya yang elok itu. Budinya terang. Tak
heran bila seisi rumah suka bergaul dengan Agnes.
Sejak dari kecil, Agnes dididik ibunya menurut kedua
belas fasal kepercayaan Yesus Kristus. Dan Agnes, mencintai Kristus dengan
sepenuh hati. Setiap hari makin tumbuh cinta yang halus lagi suci itu. Pada
suatu hari, timbullah keinginan yang berkobar-kobar di dalam kalbunya. Setelah
dipikirkan masak-masak, Agnes pergi kepada ayah bundanya. Dengan terus terang
diuraikannya cita-citanya dan memohon izin.
Tidak hanya menyetujuinya, bahkan kepuasan dan
kegembiraan membayang pada wajah orang tuanya. Berlangsunglah peristiwa yang mengharukan
tetapi mulia ini.
Hari masih agak gelap ketika ruang yang luas itu setengah
kosong sehabis Misa Kudus. Tak heran juga, karena waktu itu musim dingin dalam
bulan Desember. Di atas meja altar lilin tinggal menyala.
Dari belakang terdengar lagu merdu, bunyinya, “Yesus,
corona virginum” yang artinya “Yesus, mahkota para perawan”.
Saat itu pula beberapa lampu emas terpasang dan
menyinarkan cahayanya yang lembut. Di sebelah altar, Imam Agung bersemayam
menunggu dengan sabar.
Agnes berpakaian serba putih, bermahkota mawar putih,
tampil ke muka. Berlututlah ia dihadapannya. Nyaring suaranya menggema dalam
jiwa para hadirin.
Agnes sedang berikrar, “Atas Nama Bapa dan Putera dan Roh
Kudus. Saya akan tetap serah setia kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Diriku serta
pribadiku semata-mata akan kuperuntukkan Kerajaan Ilahi saja. Atas Nama Bapa
dan Putera dan Roh Kudus. Amin.”
Kemudian sebagai tanda bahwa maksudnya
bersungguh-sungguh, Agnes meninggalkan perhiasannya.
Upacara selesai. Imam Agung serta para hadirin telah
pergi.
Agnes masih berlutut di tangga altar, tidak bergerak.
Gadis itu seperti sudah melupakan segala sesuatu. Rambutnya serupa benang emas,
berombak-ombak terurai di punggungnya hingga pahanya. Tangannya terkatup di
dada, sedangkan matanya yang besar bulat itu, mengarah ke atas. O Agnes,
sungguh molek engkau, boleh dikatakan malaikat duniawi yang sedang menyembah
Pencipta semesta.
Matahari pagi mulai menampakkan diri, akan
mengusir embun yang sedang mencair. Berkilau-kilauan bagai perak mencair mengalir
dalam kelopak bunga yang tengah membuka diri. Seluruh alam memberi ucapan
selamat datang kepada musim semi.
Tetapi tak ada waktu bagi kota Roma untuk mengarahkan
perhatiannya dalam hal itu. Hanya siap sedia menyambut kesibukan sehari-hari.
Rumah Agnes pun tak ketinggalan, pintu gerbang di muka
dan di belakang telah terbuka lebar-lebar.
Seorang pemuda masuk ke halaman muka. Pakaiannya indah,
bertatahkan intan. Sikapnya gagah berani, nyata biasa bergaul dengan para
bangsawan. Hanya pandang matanya yang gelisah itu, menimbulkan syak wasangka.
Tiba-tiba tampak oleh Agnes. Cepat gadis itu berjalan di
antara rumpun bunga. Agnes hendak pergi ke gedung yang di kelilingi tembok
tinggi itu. Bajunya putih dan amat sederhana. Meski jauh dari berhias,
kecantikannya tidak berkurang. Tidak pucat karena kekurangan perhiasan. Malahan
dalam keadaan yang bersahaja itu, Agnes yang muda lagi riang itu bertambah
cantiknya.
Ketika dilihatnya pemuda itu, Agnes berhenti. Memang
Agnes mengenalnya. Pada suatu hari, waktu Agnes mengunjungi saudara sepupunya,
pemuda itu ada juga di rumah pamannya.
“Saya tidak sabar menunggu sampai hari siang, karena
ingin mencatatkan namaku sebagai langganan rumah ini, “kata pemuda itu sambil
mendekat.
Dan pandangan matanya menunjukkan kekurang ajaran.
“Rumah ini tidak membutuhkan langganan atau kehormatan
tuan,” jawab Agnes dengan pendek.
“Maaf, rumah ini tentu dihormati karena penghuninya,”
kata pemuda tadi pula.
“O ya, betul, kata tuan. Ayah selalu dihormati orang.”
“Tapi hormatku terhadap yang cantik. Kecantikan kupuja.”
Mata Agnes yang hitam terang lagi jernih diarahkan ke
arah lain, ke langit! Sebab, itu juga kepada yang Tercantik, kepada yang dipuji
oleh alam semesta.
“Sebab, itu juga kepada yang Tercantik, kepada yang
dipuji oleh alam semesta, daku mempersembahkan jiwaku!” suara Agnes bagai
berlagu.
Fulvius bingung, sulit benar pekerti Agnes!
Sekonyong-konyong dia berlutut, hendak meraba tangan Agnes. Terperanjat pemudi
bangsawan itu, surutlah ia ke belakang. Tak jauh dari tempat itu, lewatlah serdadu
kawal.
“Jangan marah, tuan ini tersesat rupanya. Tunjukkan
kepadanya jalan raya!” titah Agnes dengan halus. Lalu ia pergi!
Fulvius mengikuti serdadu itu. Pikirannya gelap bagai
benang kusut.
“Biarlah, kini tak berhasil, tetapi meski bagaimana jua
pun, pemudi bangsawan yang tercantik dan terkaya di kota Roma, harus menjadi
mempelaiku atau......”
Tanah landai di sela-sela ngarai di sepanjang jalan raya
yang menghubungkan kota Roma dengan daerah di sebelah timur, menarik perhatian
musafir. Di tengah-tengah keindahan itu, kira-kira setengah jam perjalanan dari
kota Roma, sebuah menara bundar putih membubung ke langit. Itulah Villa kecil,
tempat di mana Agnes beristirahat untuk beberapa minggu lamanya.
Mendengar itu, Fulvius berniat akan mencoba sekali lagi.
Dipilihnya berjenis-jenis permata, yang maha.
“Masakan Agnes tidak dapat terjerat melihat buah tangan
ini!” pikirnya.
Ketika Fulvius tiba di villa itu, hari hampir senja. Dan
pemandangan sekeliling makin indah rupanya.
“Saya datang dari kota, perlu bicara denga puteri Agnes,”
kata Fulvius kepada penjaga pintu.
“Silahkan terus saja, puteri Agnes ada di serambi,” sahut
penjaga pintu.
Sangkanya kabar itu dari ayah Agnes.
Agnes asyik mengarang bunga, sedangkan Molossus anjingnya
tidur di tangga. Melihat Fulvius datang, Molossus menggeram. Tapi Agnes
mengacungkan telunjuknya dan Molossus diam pula. Sementara itu Fulvius sudah
berdiri di samping Agnes. Hormat bercampur berani, Fulvius yakin akan menang,
nampak dalam matanya.
“Dewi mulia, saya datang ke sini akan mengulangi
permintaan saya. Maka hari ini boleh dikatakan cemerlang bagi saya.”
“Memang begitu adanya setiap hari, sesudah aku terikat
seuatu perjanjian suci,” jawab Agnes sambil tersenyum simpul.
“Janganlah dewi mempermainkan seorang yang bermaksud
murni!”
Dengan tenang Agnes menentang mata Fulvius.
Gadis itu bangkit, raut mukanya berubah memerah bercampur
muram, “Pergilah dari sini. Hatiku telah tertambat pada Mahamurni yang tak akan
mengusik ketenteramanku.”
Muka Fulvius memucat marah. Lupa dia akan buah tangan
yang telah dibawanya. Tegak berpaling, dia mendekatinya.
Sekonyong-konyong berhenti pula, memalingkan mukanya dan
berseru, “Puteri angkuh, saat ini tak akan kulupakan. Rasailah pengaruhku dan
dendamku kelak!”
Dari jauh kedengaran bunyi langkah kuda makin lama makin
mendekat. Dengan cepat Fulvius pergi, makin jauh ke arah jalan yang gelap.
“Ayo Molossus, kita mendapatkan ayah bunda. Tentu telah
tiba kini!” kata Agnes dengan riang pula.
Sebagai seorang mata-mata kaisar Roma, Fulvius termasuk
orang yang giat. Namun semenjak pertemuan terakhir ini, usahanya istimewa
benar. Kaisar Diocletianus bertabiat kejam dan setiap hari dihasutnya.
Diocletianus percaya pada para penghasut. Sangka baginda,
lama kelamaan penganut Sang Kristus akan merobohkan takhtanya. Sebab itu
baginda benci kepada penganut Tuhan Yesus Kristus. Maka, barang siapa yang
dapat mengadukan para penganut itu, dianugerahi baginda luar biasa.
Fulvius menimbang dengan sabar lagi teliti. Yang disebut
Agnes, Tercantik dan Mahamurni, siapa lagi, jika bukan Sang Kristus? Ya,
Fulvius yakin seisi istana bangsawan itu niscaya penganus Sang Kristus. Namun,
buktinya harus ada! Kelelahan tak dirasakan, asal saja dapat menyelidiki hal
itu. Nanti, bila segala-galanya sudah jelas, dia akan melepas panahnya.
Pada suatu pagi tersiarlah kabar, Agnes dihukum! Para
bangsawan di kota Roma terkejut.
“Agnes pun seorang penganut Sang Kristus?” tanya seorang.
“Mustahil, salah sangak!” kata seorang lagi.
“Dan meski pun begitu, apa bahayanya?” membantah seorang
lain.
Ke mana Agnes dibawa, tiada yang tahu.
Agnes menjalani hukuman yang berat. Hukuman untuk
menggoncangkan dan merusak kemurniannya. Tetapi laksana menara gading yang
putih bersih, tak gentar menghadapi segala daya musuhnya. Bahkan kesuciannya
memancarkan ketabahan hati yang dapat menjengkelkan hati lawannya. Sehingga
jaksa-jaksa busuk itu akhirnya memberi putusan lain, hukuman mati!
Pada waktu yang sudah ditentukan, penuh sesak penonton
yang akan menyaksikan pelaksanaan hukuman itu. Di atas onggokkan kayu, Agnes
berdiri. Badannya yang ramping lampai, seperti sudah lepas dari dunia ini,
menantikan saat yang terakhir. Tangannya terkatup, bagai menyembah. Matanya
melayang ke langit.
Agnes berdoa, “Saya mengucap syukur Bapa Yang Maha Kuasa,
saya ingin memuji namaMu selama-lamanya.”
Nyala api mulai tampak, makin lama makin tinggi. Agnes
tidak bergerak, anmpaknya tidak merasakan panas api itu.
“Hai!”
“Aduh!”
“Lihatlah!” begitu teriak orang menyela bunyi kayu api
yang sedang terbakar.
Apa yang terjadi? Nyala api tadi seolah-olah ditiup oleh
tenaga gaib, yang mengubah arahnya. Menjilat-jilat ke luar, hingga mengenai
beberapa orang yang berdiri dekat onggokan itu.
Karena gempar, terpaksa api dipadamkan lagi. Agnes belum
kena sedikit jua pun. Sekarang Agnes dibawa ke penjara dan ditutup dalam sel
kecil, hingga surat keputusan dari Kaisar Diocletianus tiba.
Fulvius keluar dari rumahnya. Hawa malam yang sejuk
meredakan gelora dalam kalbunya. Sebenarnya tiada bertujuan. Tetapi, entah
mengapa, penjara Tullianus seolah-olah menariknya.
Sesal, kesombongan yang mengecewakan, loba yang
mengganas, malu karena merasa terhina, itulah perasaan hatinya. Pada hematnya,
kekayaan Agnes dibutuhkan benar untuk mempertahankan pangkatnya.
Fulvius telah tiba pada pintu penjara. Sebagai pembesar
kota, dengan mudah saja dia dapat masuk ke bilik Agnes.
Agnes berbaju putih, sedang berlutu. Dalam kegelapan
penjara, baju putih itu seperti bercahaya. Gadis itu tidak membayangkan takut.
Melihat Fulvius, Agnes berdiri lalu berkata, “Hormatilah
daku di sini, tuan. Hanya beberapa jam lagi daku hidup.”
“Dewi, saya datang akan menambah jam itu. Ikutlah,
bertahun-tahun lamanya kamu boleh hidup berbahagia.”
“Fulvius, kamu tak malu mengganggu, dengan usahamu, aku
ditawan?”
“Bukan begitu, dewi, pilihlah sendiri nasibmu!”
“Bukankah saya sudah mengaku, dan hendak setia kepada
Yesus Kristus?” seru Agnes.
“Mari, saat mendesak! Kita akan pergi ke negeri lain,
supaya kamu dapat hidup. Dan sekehendakmu, bila kamu akan menganut Sang Kristus
juga.”
“Biarkanlah daku dalam kesunyian. Pertalian Suci yang
telah mengikat diriku, tak akan kuputuskan lagi,” jawab Agnes dengan jelas.
Fulvius tak sabar lagi. Matanya berapi-api. Tinjunya
mengepal.
“Gadis keparat! Gila engkau! Tetapi baiklah, besok kamu
boleh berpandang-pandangan dengan maut!”
Sesudah itu Fulvius sendiri seperti gila, meninggalkan
penjara akan pergi ke.....
Agnes berlutut kembali akan memohon rahmat serta kekuatan
batin bagi besok. Berdoa juga bagi Fulvius supaya pikirannya terbuka kelak.
Melalui gelanggang luas, Agnes diantarkan sampai ke muka
kursi hakim. Gadis itu tidak mengindahkan kejadian sekelilingnya. Perhatiannya
seperti tertarik ke tempat yang lain, jauh dari sini.
“Mengapa dia tidak terbelenggu?” tanya hakim dengan
marah.
“Tidak usah tuanku, gadis ini mengikuti kami dengan
sabar. Lagipula masih muda,” jawab seorang pengantar.
“Biar pun begitu, tapi dia keras kepala seperti yang tua.
Segera, pakaikan belenggu!”
Dari antara pasangan belenggu dicarinya yang kecil, lalu
dikenakan pada pergelangan tangan Agnes. Tetapi pergelangan yang terkecil itu
juga terlalu besar baginya. Sebagai permainan, Agnes menggoyangkan tangannya
dan berdering-dering rantai besi itu jatuh di lantai.
“Sudah yang terkecil kupilihkan! Memang anak ini patut
memakai gelang lain,” kata orang tadi.
“Diam!” seru hakim.
Kemudian kepada Agnes, “Saya menaruh belah kasihan,
gadis. Ingatlah kamu muda, kaya, berbangsa, pengharapan ayah bunda. Janganlah
kamu keras kepala. Lupakan agama itu. Turuti sabda Kaisar! Marilah, Agnes,
ambil beberapa butir menyan itu dan persembahkan kepada berhala ini!”
“Tidak berguna tuan mencoba. Hatiku sudah tetap, hanya
kasih dan berbakti kepada Kristus.”
Sesudah itu mata Agnes mengarah ke langit, “Raja segala
abad, bukakanlah daku pintu Surga!”
“Sia-sia usahaku!” teriak hakim.
“Griffier, tulis keputusan! Agnes dihukum mati oleh
karena melanggar titah Kaisa Dicletianus. Akan dipenggal lehernya.”
“Di mana dan bilamana akan dilangsungkan?” tanya
Griffier.
“Sekarang,” ujar hakim.
Agnes tersenyum. Sambil berlutut gadis itu menundukkan
kepalanya. Dengan tangannya sendiri diuraikan rambutnya yang panjang lagi hitam
itu ke muka. Tangannya menyilang di dada. Badan yang ramping berbaju putih itu,
serupa tangkai ajaib lagi bersih, yang tunduk karena sarat bermuat bunga emas.
Sejurus tangan algojo gemetar.
“Patutkah seorang algojo dikalahkan iba hati?” tegur
pembesar kota.
Seketika mata pedang berkilat, lalu, badan Agnes roboh.
Baju putih... berwarna merah kini.
Roh Agnes yang bebas lagi cemerlang melayang ke atas.
Mengatasi bintang-bintang yang menurutinya sambil
berkedip-kedip. Yesus melambai dan Agnes datang! Pada ambang cahaya di pintu
surga, beribu-ribu malaikat telah menantikannya. Lagu gembira telah bergema!
Agnes dipersilahkan masuk dalam kebahagiaan abadi, yang tak terbatas tempatnya
dan waktunya.
Hari pesta Santa Agnes dirayakan pada tanggal 21 Januari
dan sekali lagi pada tanggal 28 Januari.
Kata orang, pada tanggal 28 Januari, Agnes menampakkan
dirinya kepada ayah bundanya yang sedang berdoa dan bersusah hati dekat kubur
martir muda itu.
Acapkali Agnes digambar sedang mendukung anak domba.
Artinya, kemurniannya bagai anak domba yang baru lahir
dan cinta Agnes terhadap Yesus Kristus, ialah Domba Allah Penebus dosa dunia.
Agnes yang baru berumur 13 tahun, sudah dapat menghindari
segala sesuatu yang gelap lagi rendah.
Semoga karena kecenderungan hatimu kepada Martir Agnes,
kamu pun dapat bebas dari segala yang gelap lagi rendah.
Tamat
KATA KUNCI :
RIWAYAT SANTA AGNES
Jumat, 22 Februari 2013
ULANGAN HARIAN
MATERI : SEJARAH MUSIK JAZZ DI INDONESIA (SENI
BUDAYA)
Musik
jazz masuk Indonesia pertama kali pada tahun 30an. Yang dibawa oleh
musisi-musisi dari Filipina yang mencari pekerjaan di Jakarta dengan bermain
musik. Bukan hanya mentransfer jazz saja, mereka juga memperkenalkan instrumen
angin, seperti trumpet, saksofon, kepada penikmat musik Jakarta. Mereka
memainkan jazz ritme Latin, seperti boleros, rhumba, samba dan lainnya.
Nama-nama
musisi yang masih diingat adalah Soleano, Garcia, Pablo, Baial, Torio, Barnarto
dan Samboyan. Selain bermain di Jakarta, seperti di Hotel Des Indes (sekarang
Duta Merlin Plaza) dan Hotel Der Nederlander (jadi kantor pemerintahan), mereka
juga bermain di kota lain, seperti di Hotel Savoy Homann – Bandung dan di Hotel
Oranje (Yamato) – Surabaya.
Pada
tahun 1948, sekitar 60 musisi Belanda datang ke Indonesia untuk membentuk
orkestra simfoni yang berisi musisi lokal. Salah satu musisi Belanda yang
terkenal adalah Jose Cleber. Studio Orkestra Jakarta milik Cleber mengakomodasi
permainan musik California. Band-band baru bermunculan seperti The Progressive
Trio, Iskandar’s Sextet dan Octet yang memainkan jazz dan The Old Timers yang
memainkan repertoir Dixieland.
Pada
tahun 1955, Bill Saragih membentuk kelompok Jazz Riders. Ia memainkan piano,
vibes dan flute. Anggota lainnya adalah Didi Chia (piano), Paul Hutabarat
(vokal), Herman Tobing (bass) dan Yuse (drum). Edisi selanjutnya beranggotakan
Hanny Joseph (drum), Sutrisno (saksofon tenor), Thys Lopis (bass) dan Bob
Tutupoly (vokal).
Band
jazz yang terkenal tahun 1945 – 1950 di Surabaya beranggotakan Jack Lemmers
(dikenal sebagai Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana) pada bass/gitar, Bubi Chen
(piano), Teddy Chen, Jopy Chen (bass), Maryono (saksofon), Berges (piano), Oei
Boen Leng (gitar), Didi Pattirane (gitar), Mario Diaz (drum) dan Benny Hainem
(clarinet).
Nama-nama
musisi jazz di Bandung tahun 50 – 60an adalah Eddy Karamoy (gitar), Joop
Talahahu (saksofon tenor), Leo Massenggani, Benny Pablo, Dolf (saksofon), John
Lepel (bass), Iskandar (gitar dan piano) dan Sadikin Zuchra (gitar dan piano).
Musisi-musisi
muda di Jakarta bermunculan tahun 70 – 80an. Di antaranya Ireng Maulana
(gitar), Perry Pattiselano (bass), Embong Raharjo (saksofon), Luluk Purwanto
(biola), Oele Pattiselano (gitar), Jackie Pattiselano (drum), Benny Likumahuwa
(trombon dan bass), Bambang Nugroho (piano), Elfa Secioria (piano). Beberapa
musisi muda lainnya mempelajari rock dan fusion, tapi masih dalam kerangka
jazz. Mereka adalah Yopie Item (gitar), Karim Suweileh (drum), Wimpy Tanasale
(bass), Abadi Soesman (keyboard), Candra Darusman (keyboard), Joko WH (gitar)
dan lainnya.
Pertengahan
tahun 80an, nama Fariz RM muncul. Ia lebih mengkategorikan musiknya sebagai new
age. Namun, beberapa komposisinya bernafaskan pop jazz, bahkan latin. Indra
Lesmana, Donny Suhendra, Pra B. Dharma, Dwiki Darmawan, Gilang Ramadan
membentuk Krakatau, dan akhirnya kelompok ini bertransformasi menjadi Java
Jazz, dengan mengganti beberapa personil.
Tahun
90an hingga sekarang, banyak sekali musisi dan kelompok jazz yang terbentuk.
Musik jazz yang dibawakan tidak lagi mainstream, namun hasil distilasi berbagai
musik seperti fusion, acid, pop, rock dan lainnya. Sebut saja SimakDialog, Dewa
Budjana, Balawan dan Batuan Ethnic Fusion, Bali Lounge, Andien, Syaharani,
Tompi, Bertha, Maliq & D’essentials dan masih banyak lagi lainnya.
Musisi
jazz biasanya banyak bermunculan di Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Hal
ini disebabkan arus musik jazz lebih banyak mengalir di sana lewat pertunjukan
jazz (JakJazz, Java Jazz Festival, Bali Jazz Festival), sekolah musik jazz,
studio rekaman dan kafe yang menampilkan jazz. Seorang yang juga berjasa
“mengalirkan” arus jazz ke Indonesia adalah Peter F. Gontha, seorang pemilik
JAMZ dan pendiri pemrakarsa Java Jazz Festival.
KATA KUNCI : SEJARAH MUSIK JAZZ DI INDONESIA
Senin, 11 Februari 2013
HALLO KAWAN ^^
bagaimana kabarmu? kuharap kau baik-baik saja..
tentu saja kau akan baik dengan Tuhan di surga..
aku rindu kenangan kita saat pertama menjadi seorang siswi SMP.
ingat saat kita memancing bersama?
kita tak punya alat pancing saat itu.. tapi dengan modal kayu, benang, dan jarum kita bisa dapat 4 ikan^^
kebodohan kita yang tak akan pernah kulupakan :)
dan kini, hampir setahun kita tak pernah bertemu lagi..
I MISS YOU SO MUCH :)
kuharap, kau tak akan pernah merasa sakit lagi disana..
kuharap kau bahagia :)
sesungguhnya, aku menyesal dahulu mengataimu orang yang tidak semangat.
tapi setelah aku mengetahui perjuangan mu melawan penyakit, aku salut! :)
walau akhirnya perjuangan mu harus berakhir di umur ke 13..
saat aku menjengukmu.. itulah terakhir kali kita bertatap muka, dan bergurau.
sebuah kata yang tak pernah kulupa darimu
"TEMAN-TEMAN.. BULAN JUNI BESOK ULANGTAUNKU.. AKU MAU BIKIN ROTI.. DATENG YA.."
ku iyakan. itu janjiku.
tapi aku tak mengira, hari itu adalah kata terakhir yang kudengar darimu.
karena setelah itu, kau malah tertidur..
aku tau mungkin kau lelah :)
WAHYU KAWANKU..
sebentar lagi, teman-teman mu ini, akan melaksanakan ujian sekolah..
seharusnya, kau ikut bersama kami.
taukah kau, betapa sulitnya menjawab soal-soal TUC?
butuh perjuangan ekstra!
kuminta doa mu, agar kami dapat mengerjakan soal ujian ini :)
TERIMAKASIH..
kau telah hadir di kehidupan kami..
menoreh warna cerah pada kehidupan kami,
dan mengajari kami apa arti kehidupan dan perjuangan..
kami menyayangimu :)
DARI KAWAN MU..
GUSTI BELANI :)
bagaimana kabarmu? kuharap kau baik-baik saja..
tentu saja kau akan baik dengan Tuhan di surga..
aku rindu kenangan kita saat pertama menjadi seorang siswi SMP.
ingat saat kita memancing bersama?
kita tak punya alat pancing saat itu.. tapi dengan modal kayu, benang, dan jarum kita bisa dapat 4 ikan^^
kebodohan kita yang tak akan pernah kulupakan :)
dan kini, hampir setahun kita tak pernah bertemu lagi..
I MISS YOU SO MUCH :)
kuharap, kau tak akan pernah merasa sakit lagi disana..
kuharap kau bahagia :)
sesungguhnya, aku menyesal dahulu mengataimu orang yang tidak semangat.
tapi setelah aku mengetahui perjuangan mu melawan penyakit, aku salut! :)
walau akhirnya perjuangan mu harus berakhir di umur ke 13..
saat aku menjengukmu.. itulah terakhir kali kita bertatap muka, dan bergurau.
sebuah kata yang tak pernah kulupa darimu
"TEMAN-TEMAN.. BULAN JUNI BESOK ULANGTAUNKU.. AKU MAU BIKIN ROTI.. DATENG YA.."
ku iyakan. itu janjiku.
tapi aku tak mengira, hari itu adalah kata terakhir yang kudengar darimu.
karena setelah itu, kau malah tertidur..
aku tau mungkin kau lelah :)
WAHYU KAWANKU..
sebentar lagi, teman-teman mu ini, akan melaksanakan ujian sekolah..
seharusnya, kau ikut bersama kami.
taukah kau, betapa sulitnya menjawab soal-soal TUC?
butuh perjuangan ekstra!
kuminta doa mu, agar kami dapat mengerjakan soal ujian ini :)
TERIMAKASIH..
kau telah hadir di kehidupan kami..
menoreh warna cerah pada kehidupan kami,
dan mengajari kami apa arti kehidupan dan perjuangan..
kami menyayangimu :)
DARI KAWAN MU..
GUSTI BELANI :)
Langganan:
Postingan (Atom)